Translate

Masih Belia, Karya Hannani Sudah Mendunia

Hannani Trishima Anjani sedang menggambar kartun untuk kontes internasional.
Hannani Trishima Anjani sedang menggambar kartun untuk kontes internasional.
Namanya Hannani Trishima Anjani (15) siswi kelas IX SMP 17 Semarang. Meski masih belia, namanya sudah tercantum sebagai finalis kontes kartun internasional di antara deretan kartunis profesional dunia.

Tahun 2017 merupakan debut Hannani mengikuti lomba kartun internasional. Siswi kelahiran Semarang 4 November 2002 ini memang suka menggambar sejak kecil. Namun baru kali ini dia berani tampil. Tak tanggung-tanggung, lomba yang diikuti justru bertaraf internasional.

"Awalnya menggambar pemandangan biasa. Terus diminta ikut lomba sama guru seni rupa. Ikut lomba di Maroko, Itali, Turki dan Iran. Masuk final semua," katanya saat ditemui di sekolah, Kamis (27/7/2017).

Sebelumnya, warga Jalan Cempaka 25 RT 11 RW 7 Srondol wetan, Banyumanik, Semarang itu mengaku belum pernah ikut lomba apapun. Bisa masuk final lomba internasional membuatnya sadar bahwa usia bukan hambatan. Dia bisa membuktikan anak SMP bisa bersaing dengan kartunis profesional. Capain itu memotivasi dirinya untuk belajar lebih giat lagi.

"Kompetitornya kebanyakan orang dewasa dan profesional. Harus belajar lagi," katanya.

Bagi Hannani, ikut lomba kartun internasional tidaklah sulit. Untuk referensi gambar dia bisa mencari bahan di Google. Selanjutnya dikembangkan sesuai tema dalam lomba. Soal teknis gambar, ada guru seni rupa, Suratno yang selalu mengarahkan.

"Kesulitannya itu nyari idenya. Biasanya tanya-tanya Pak Rakno. Saya menggambar apa saja kemudian saya konsultasikan. Pak Ratno memberikan masukan," ujarnya.

Saat ini Hannani duduk di kelas IX A. Jadwal belajar semakin padat karena mendekati Ujian Nasional. Meski demikian, dia sudah merancang strategi. Biasanya dia menggambar saat waktu senggang, seperti jam-jam istirahat sekolah. "Kalau pas waktu istirahat saya menggambar di perpustakaan. Kadang juga saat malam hari ketika nggak bisa tidur," katanya.

Saat ini Hannani sedang merampungkan gambar untuk lomba dengan tema "Car on Vacation". Pengerjaan satu gambar, kata dia, bisa menghabiskan waktu 2-3 hari. "Tekniknya pakai pensil warna. Sekarang sudah punya sekitar 15 gambar," jelasnya.

Orang tua sangat mendukung kegiatan Hannani menekuni gambar kartun. Mereka bangga Hannani bisa masuk final dan memotivasi untuk melanjutkan lomba. Terlebih, dia juga mengajak adiknya ikut serta. "Adek saya kelas 8 SMP. Kebetulan di sekolahnya nggak ada ekstrakurikuler kartun. Jadi saya ajari di rumah," katanya.

Kepala SMPN 17 Semarang, Mukaromah mengaku bangga siswa-siswi di sekolahnya bisa mengukir prestasi. Dia akan mendukung penuh peserta didiknya dalam mengembangkan bakat dan minat. Menurutnya, tak hanya prestasi akademik yang harus ditingkatkan tetapi juga non akademik, seperti seni, olahraga dan lainnya.

Mukaromah optimistis, kegiatan menggambar kartun yang sedang dikembangkan di sekolahnya akan membuahkan hasil positif. Sekolah sudah membuat program ekstrakurikuler menggambar kartun yang diampu oleh guru seni rupa, Suratno yang juga kartunis. Ekstrakurikuler kartun dibuka bagi siswa tiap Selasa pukul 15.00-16.30. Tak hanya itu, khusus untuk Sabtu pagi alumni dan siswa dari sekolah lain juga bisa ikut. Ekstrakurikuler kartun akan dimulai awal Agustus 2017.

Bagi Mukaromah, pembukaan ekstrakurikuler kartun merupakan langkah tepat. Sebab, peserta didik yang minat cukup banyak. Terlebih sudah muncul siswa berprestasi di bidang kartun. Dia teringat olahraga panahan yang kini jadi unggulan SMPN 17.

"Awalnya hanya SMP 17 yang ngembangkan. Sekolah lainnya belum. Sekarang kita eksis sekolah lain pada tertarik. Kenapa seni nggak kita kembangkan. Kita punya dua  guru seni budaya pintar lukis. Semoga saja progresnya sama dengan olahraga panahan," katanya. (Abdul Arif)